Musim
lalu, berbeda dengan musim saat ini. Yang membuatnya berbeda sebenarnya tidak
terlalu penting bagi pohon kelapa di sebrang sana. Ini hanya tentang sesuatu yang
belum ku alami sebelumnya. Saat itu angin seolah menguasai tubuhku, seolah aku
harus mengikuti kemana alur ini akan berhenti. Sungguh! Saat itu aku tidak
benar-benar ingin merasakan hal yang sebelumnya telah menutup diriku sendiri.
Karena tidak mudah berdiri setelah jatuh, tertawa setelah menangis, meminta
maaf setelah bertengkar, menerima kenyataan setelah tahu semuanya. Di situ aku
mencoba berkompromi pada angin tapi, aku tak bisa apa-apa menolak pun mustahil.
Semakin lama aku menikmati kemana alur ini berjalan dan aku tahu kemana
sebenarnya alur ini akan berhenti. Kali ini angin tak lagi menguasai tubuhku,
harus ku akui aku telah terbawa oleh alur ini. Aku lupa setiap alur akan
berakhir sama yaitu menjauh, menjauh dan menjauh. Salahku terlalu menikmati
setiap alur yang dibuatnya sampai-sampai aku terlupa. Yang ku tahu kini, aku
tak akan begitu saja membuka ruang bagi angin atau apapun yang mencoba meyakini
ku.